Senin, 27 Oktober 2014

Setting dan control compressor saat mixing



setting sound effect compressor adalah merupakan sebuah proses di dalam  proses mixing dan mastering yang memiliki peranan cukup penting, namun biasanya tidak dianggap terlalu serius oleh kebanyakan sound-engineer pada era digital  dewasa ini. Berkembangnya sound effect compressor yang telah dilengkapi dengan beragam preset asli pabrik, telah menyebabkan beberapa dari mereka (sound-engineer) menjadi sound-engineer yang pragmatis, dan merasa tidak perlu membuat setting elemen-elemen control compressor yang terdapat di dalamnya, sehingga potensi dari sound effect tersebutpun tidak tereksplorasi dengan baik. Preset-preset asal pabrik yang disediakan oleh sound effect compressor ( dan sound effect- sound effect lain pada umumnya ) memang akan sangat membantu untuk mempersingkat proses mixing dan mastering. Namun hendaknya, preset-preset tersebut selayaknya hanya dianggap sebagai sebuah "starting point", dan jangan dianggap sebagai sebuah setting atau konfigurasi baku yang bisa menyulap hasil rekaman langsung menjadi sangat sempurna.
Keputusan untuk tidak menggantungkan diri sepenuhnya pada preset sound effect compressor (asli pabrik) tersebut, sama sekali bukan berkaitan dengan urusan idealisme. Namun secara logika, hasil rekaman (record) sebuah track audio memang tidak dapat diseragamkan atau digeneralisasi. Kuat dan lemahnya sinyal yang didapat pada saat merekam, jarak dan posisi microphone pada saat merekam, fluktuasi power dari suara vocalist, fluktuasi power dari player pada saat memainkan instrumen, dan banyak hal lainnya, merupakan faktor-faktor yang menjadi alasan utama untuk melakukan konfigurasi, setting dan kustomisasi ( hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada umumnya produsen dari sound effect compressor pun menerangkan hal yang demikian ini pada buku manual alat yang diproduksinya ). Dan, untuk dapat melakukan setting, konfigurasi ataupun kustomisasi pada sebuah sound effect compressor, langkah awal yang harus dilakukan adalah memahami konsep serta fungsi dari elemen-elemen control yang terdapat pada masing-masing sound effect tersebut dengan baik.

Elemen-elemen control pada sound effect compressor secara umum

Konsep dasar dari sebuah sound effect compressor adalah sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan dynamic range dari sebuah audio. Proses penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menaikkan level sinyal yang lemah, dan pada saat yang bersamaan, membatasi level sinyal yang kuat. Berdasarkan konsep yang demikian ini, maka terlepas dari merk dan atau jenis hardware/software plugins sound effect compressor yang digunakan, elemen- elemen control yang  biasa dipergunakan untuk setting atau konfigurasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

Input
Digunakan untuk menaikkan atau menurunkan level input suara yang masuk kedalam sound effect compresor.

Threshold
Merupakan batas maksimum dari level sinyal yang akan ditoleransi oleh sound effect compressor. Ketika treshold dikonfigurasi -3dB misalnya, maka semua bagian dari sinyal audio yang mencapai level diatas -3dB akan otomatis di kompresi oleh effect tersebut.

Ratio
Merepresentasikan seberapa besar kompresi yang akan dilakukan oleh sound effect compressor. Jika ratio di konfigurasikan 4 : 1 misalnya, maka akan dibutuhkan sinyal input sebesar 4dB untuk menaikkan level output sebesar 1 dB. Atau dengan kata lain: setiap level suara input menyentuh angka 4 dB, level suara output akan bertambah 1 dB.

Attack
Menentukan seberapa cepat compressor akan merespon sinyal yang melebihi threshold, dan mulai melakukan kompresi.

Release (Decay)
Menentukan seberapa cepat sound effect compressor berhenti melakukan kompresi ketika sinyal input telah berada dibawah level treshold yang telah ditentukan.

Hard / Soft Knee
Menentukan cara sound effect compressor bereaksi dan melakukan kompresi, pada saat sinyal telah melebihi threshold. Konfigurasi hard knee mengandung arti bahwa sound effect compressor akan bereaksi dengan cepat dan secara simultan menutup semua sinyal yang melewati batas treshold yang telah ditentukan. Sementara konfigurasi soft knee mengandung arti bahwa sound effect compressor akan diaktifkan secara bertahap untuk membuat hasil kompresi menjadi lebih "smooth".

Make-Up Gain
Digunakan untuk menaikkan gain suara yang telah dikompresi.

Output
Digunakan untuk menaikan volume output dari sound effect compressor.

Cara Setting Equalizer




Equalizer adalah alat yang dapat digunakan untuk menyamakan suara speaker mendekati sumber aslinya atau mengembalikan suara speaker seperti suara aslinya. Banyak orang salah mengartikan fungsi equalizer, mereka menggunakannya untuk mengangkat frekuensi-frekuensi tertentu yang sebenarnya tidak perlu diangkat, atau bahkan mengurangi frekuensi-frekuensi tertentu yang tidak perlu dikurangi. Mengapa demikian? Sebenarnya equalisasi sangat tergantung dari rasa seni seseorang dan respon telinga orang yang mengoperasikan peralatan sound system.
Supaya kita dapat men-eq system dengan baik, maka transsebelum kita menggunakannya kita perlu memahami kerja eq terlebih dahulu. Parameter apa saja yang dapat kita ubah pada equalizer? Tombol apa saja yang terdapat pada equalizer? Dan bagaimana cara menggunakannya? Inilah pertanyaan yang akan dilemparakan orang ketika akan menggunakan equalizer, tombol-tombol tersebut adalah :

  • Gain / level, adalah tombol yang digunakan untuk menambah atau mengurangi frekuensi yang kita inginkan.
  • Low pass / High pass, adalah tombol yang digunakan menghilangkan frekunsi-frekuensi di bawah atau di atas frekuensi yang kita set.
  • Q / Bandwidth, adalah tombol yang digunakan untuk memperlebar atau mempersempit kurva equalizer.
  • Frequency, mengubah frekuensi sehingga mencapai frekuensi yang kita inginkan.
  • Volume gain / make up gain, adalah tombol yang digunakan untuk menambah atau mengurangi level suara yang keluar dari equalizer.
Ada bermacam-macam jenis equalizer sesuai dengan jenis dan penggunaannya. Berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi :

1.1.     Parametrik equalizer
Kurva equalizer ini dapat kita geser dan ubah bentuk kurvanya, dengan kata lain semua parameter (ukuran) yang ada dapat kita ubah. Parameter yang dapat kita ubah adalah: 
  • Gain, untuk mengurangi atau menambah kurva parametrik yang kita inginkan, besarnya diukur dalam dB.
  • Q, adalah besaran yang digunakan untuk memperlebar atau mempersempit kurva parametrik sesuai dengan yang kita inginkan, besarannya pada umumnya menggunakan skala 0,1 hingga 10.
  • Frekuensi, frekuensi pada equalizer parametrik dapat kita geser hingga mencapai frekuensi yang kita inginkan.

              Bentuk kurva pada parametrik equalizer ada 2 :
Shelving
Bentuk kurva ini memiliki puncak pada bagian akhir frekuensi rendah maupun frekuensi tinggi dari spektrum frekuensi yang kemudian mendatar hingga akhir frekuensi. Seperti hi-shelving, akan mengangkat puncak frekuensi 12 kHz, dan low-shelving akan mengangkat frekuensi 80 Hz pada umumnya. Beberapa eq menyediakan fasilitas untuk kita dapat mengubah frekuensi pada puncak kurva.

Bell shape
Bentuk kurva pada equalisasi ini adalah seperti lonceng, pada umumnya parametrik murni akan menggunakan bentuk equalisasi ini.

1.1.              Grafik Equalizer
           Equalizer yang hanya dapat kita tambah dan kurangi pada frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pabrik, biasanya berdasarkan besarnya oktav. Yang umum beredar di pasaran adalah 1/3 oktav (31 titik frekuensi) dan 2/3 oktav (15 titik frekuensi). Grafik equalizer dapat kita bagi dalam beberapa jenis.
Constant Q, bentuk kurva (Q) grafik eq ini tetap walaupun gain hanya di ubah sedikit ataupun banyak


Variable Q, bentuk kurva grafik eq ini tidak tetap, tergantung dari berapa bayak kita mengangkat gain.
Bandpass filter parameter, bentuk kurva tetap dan gain tetap hanya frekuensi yang dapat kita geser.

Perfect Q, adalah grafik eq analog tapi diproses secara digital, mirip dengan constant Q hanya lebih akurat.



1.1.  Filter
Pada umumnya orang tidak memasukkan filter sebagai jenis equalizer oleh karena cara kerjanya yang mirip dengan crossover. Tetapi menurut saya filter dapat pula membantu kita mengurangi frekuensi yang tidak kita inginkan, sehingga dapat pula kita masukkan sebagai salah satu jenis equalizer.
Contoh dari eq ini adalah switcable highpass dan switcable lowpass, Highpass filter sangat berguna untuk mengurangi suara pop pada microphone. Sedangkan lowpass dapat membantu kerja driver suara tinggi agar tidak bekerja berlebihan sebagai akibat frekuensi tinggi yang sebenarnya tidak terdengar, tetapi merusak.

1.2. Kegunaan dari Equalizer
Sekali lagi jangan kita salah langkah dalam menggunakan equalizer, karena itu harus kita memahami apa saja kegunaan dari equalizer. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari kegunaan equalizer  :
  • Mengurangi feedback.
  • Menambah frekuensi yang kita inginkan pada saat sistem bersuara kecil, dan mengurangi frekuensi yang tidak kita inginkan pada saat kita mengangkat volume / gain lebih keras.
  • Membantu respon ruangan terhadap suara, setiap ruang tidak memiliki respon yang sama terhadap suara. Walaupun kita memasang speaker dan peralatan yang sama dengan tempaat lain.
  • Side chain / dynamic equalizer.
  • Memperbaiki kerja speaker.
1.3. Berpikir Dua kali sebelum meng-eq system
Orang cenderung menggunakan equalizer sebagai dewa penyelamat, mereka sangat berharap equalizer dapat menyelesaikan masalah mereka. Tidak jarang sound engineer membeli equalizer yang harganya puluhan juta! Hanya karena sugesti bahwa alat tersebut dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang terjadi dengan sistem mereka. Saya adalah orang yang paling anti menggunakan equalizer, sebelum masalah-masalah di bawah ini selesai terlebih dahulu :
2.1. Ruangan
Ruangan akan menjadi pembatas kita dalam meng-eq system, setiap ruang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Jangan sekali-kali kita menyama ratakan setiap ruangan, dan mengidolakan suatu bentuk setting eq. Jangan mimpi suara rendah dapat keluar dari speaker pada ruangan yang penjangnya 4m, karena panjang gelombang suara rendah tidak dapat beresonansi dengan baik. Atau sebaliknya kita berharap suara rendah sub dapat terdengar dari jarak puluhan meter dengan jelas, karena daya rambat suara rendah yang terbatas.
Permasalahan utama di dalam ruangan adalah geometri ruangan itu sendiri (ukuran), baik jumlah jendela, luas dinding, dan di mana letak benda-benda tersebut. Meng-eq di dalam ruangan perlu berhati-hati oleh karena pantulan dapat mengaburkan frekuensi mana yang seharusnya kita ubah.
2.2. Letak speaker
Jangan bermimpi mendengar suara sub yang solid jika kita menaruhnya di kiri dan kanan panggung. Suara rendah mutlak harus berasal dari satu sumber. Peletakkan yang berpencar akan mengakibatkan efek yang disebut power alley (lorong tenaga). Equalizer dapat menolong? Tentu saja tidak, bahkan menambah besar jarak antar lorong tenaga tersebut
2.3. Tidak seragamnya waktu tempuh antar komponen speaker
Ini adalah ilmu yang dikembangkan sejak pertengahan tahun 1980an, hanya saja peralatan pendukungnya pada saat itu masih sangat mahal. Saat ini dengan kemajuan komputer dan harga komputer dan software-nya semakin murah, membuat peralatan digital pendukung penyetelan speaker semakin murah pula, sehingga kenyamanan orang mendengar speaker bersuara rapih semakin bertambah.
Mengapa waktu tempuh antar komponen berbeda, ini cerita yang cukup panjang yang akan kita bahas dilain waktu. Hanya saja jika kita meng-eq sistem yang tidak di seragamkan waktu tempuh antar komponen speaker maupun antar speaker, ini merupakan usaha yang sia-sia, karena sistem anda tetap berisik dan suaranya tetap berbalap-balapan.
2.4. Kabel (jenis dan panjang kabel)
Orang bule saja tidak percaya kalau kabel dengan merek, jenis, dan panjang yang berbeda akan menghasilkan suara yang berbeda. Saya belajar perkabelan sejak hampir 10 tahun lalu, dan saya temukan beragam respon kabel dan beragam pula hasilnya. Kita tidak perlu meng-eq sistem kita terlalu banyak apabila manajemen kabel kita baik, gunakan hanya kabel yang memang sesuai untuk kebutuhannya.
2.5. Karakter alat
Setiap alat memiliki karakter suara yang berbeda-beda, jangan berharap ala-alat murah dapat di equalizer menjadi baik. Mohon diingat bahwa semua alat sound memiliki karakter suara yang berbeda-beda dan tidak semua produk memiliki suara yang baik.
2.6. Banyaknya microphone yang terbuka (NOM = number of open microphone)
Harap diingat pada saat meng-eq feedback bahwa setiap bertambahnya 1 buah microphone akan menambah 3 dB pada gain system. Semakin banyak microphone yang berbunyi akan semakin besar pula kemungkinan feedback…!!!!!
2.7. Penyimpangan fasa (phase shifting)
Penyimpangan fasa justru terjadi sebagai akibat terlalu kita terlelu banyak meng-eq, atau bahkan menggunakan kabel unbalance yang sangat panjang.
2.8. Jarak posisi anda mendengar dari speaker
Jarak kita mendengarkan speaker akan mempengaruhi penilaian telinga kita terhadap apa yang akan kita eq. Ingat bahwa di udara juga terjadi hambatan.
2.9. Umur speaker
Saya pernah bersam-sama Sony dan Thomas mendemokan speaker di BATS di hotel Shangrila di Jakarta 3 tahun yang lalu. Produk tersebut sudah terkenal dengan suaranya yang cukup kencang tapi masih enak untuk didengar. Ternyata waktu kami pasang suaranya agak kasar dan Sony pun heran “……. biasanya suara suaranya tidak begini nih!”. Kejadian yang sama terulang ketika saya memasang speaker dengan merek yang sama untuk OB Van radio Dahlia, ketika kami coba suara yang sama kembali terdengar, kami mencoba meng-eq-nya dengan susah payah. Saya baru teringat bahwa speaker tersebut baru saja kita keluarkan dari dalam dusnya, he, he, he, ……speaker ada indreyen-nya juga ya. Tidak mungkin keluar dari dus kita harapkan suaranya jadi bagus. Masalah ini kita bahas lain waktu.
2.10. Suhu dan kelembaban
Jangan berharap kita dapat meng-eq di ruangan yang tidak konstan suhu dan kelembabannya. Mengapa? Pada suhu rendah suara tinggi dan rendah akan terdengar lebih kuat dibandingkan dengan pada suhu tinggi, ini disebabkan pada suhu tinggi kelembaban akan bertambah. Bertambahnya kelembaban akan menambah pula hambatan bagi suara di udara.
Jangan sekali-kali meng-eq dalam kondisi suhu ruangan yang panas atau ac belum dinyalakan. Karena pada saat ac dinyalakan suhu udara akan turun dan suara tinggi akan kembali terdengar dengan jelas.
2.11. Respon telinga operator sendiri
Banyak operator memiliki selera sendiri, bahkan tidak sedikit operator bahkan pemain musik digereja menyetel eq 1/3 oktaf mereka seperti “disco smile”. Kedua ujung frekuensi eq diangkat dan semakin menurun pada bagian tengahnya. Jika operator sound memilih menyetel dengan seleranya sendiri, sebaiknya operator tersebut belajar mendengar suara “standard” yang baik.
Interaksi antara ruangan dan suara dari speaker adalah kasus yang sukar diselesaikan. Jalan keluarnya adalah hanya dengan memposisikan kembali speaker ketempat yang seharusnya.
4. Kesimpulan
Agar dalam meng-eq system, dapat memperoleh hasil yang baik dan maksimal, maka kita harus mampu menemukan masalah dalam sistem kita yang belum seimbang / harus di-eq. Memang eq dapat membantu mengurangi beberapa titik feedback dan sedikit membantu respon speaker terhadap ruangan.

Senin, 06 Oktober 2014

Setting Crossover



Yuk bahas crossover,misalnya ambil antara tweeter ama woofer , atau full range ama subwoofer, atau woofer ama woofer "penting beda ukuran dehc" Karena bahasannya luas banget .. x-over itu kan nentukan 30-50% dari satu speaker ... sama aja ini pertanyaan gimana cara buat speaker..? ya 30-50% jawabannya nerangin tentang. x-over nya. Enak dibahas pake contoh mas ...
Misal :
Full Range 3 way passive :LF 1x15",MF 2x8",HF 3x1"
Crossover nya :LF 30-220Hz -24db/oct,MF 220-2,5kh-24db/oct HF 2,5khz -24db/oct. Sub Woofer 2x18"
bgaimana kita menentukan titik perpotongannya,Slope & ordenya
apakah benar 24db/oct...itu Orde yg ke 4 : LR24,BW24,Bessel24...??

Oke, pertama slope dulu yuk. Slope itu biasanya identik dengan keamanan driver terutama pada input tinggi. Semakin tinggi slope nya, makin aman drivernya (untuk high pass), terutama pada tweeter. It pertama. Jadi kalau sampeyan tahu ini bakal beroperasi dengan input tinggi, aku kira 18dB/oct itu minimum. 24dB/oct atau 36dB/oct jelas aman.

Selain itu, gimana dengan susunan driver nya? Apakah time aligned atau tidak. Kalau time aligned, biasanya slope 18dB/oct atau lebih rendah (12dB atau 6dB) itu asik2 aja ... slope rendah biasanya pergeseran fasenya ngga banyak jadi lebih nendang dikit. Cuma kalau ada masalah time aligned, ini biasanya ngga doyan ama orde rendah xover, maunya orde tinggi.

Makin tinggi orde xover, makin rumit dibuat, dan makin mahal juga. Jadi aku kira sesuaikan kebutuhan dulu.

Kalau tipenya, Butterworth, Linkwitz, Cheby, atau Bessel, aku lebih suka dengerin pake kuping. Bahkan kalau terjadi masalah time aligned, bisa2 ntar hasil akhirnya low pass woofer pake BU24, tapi HPF tweeter pake LR12.... itu mungkin aja terjadi.


BTW, pengukuran mutlak diperlukan kalau udah ngomongin ttg. masalah teknikal gini. Masalah xover point nya apakah ada cancellation atau peak, aku sangat sarankan untuk di ukur. RTA oke, FFT oke, TDS oke ... apa aja deh.

Titik potong pada freq berapa ini agak rumit kalau mau dijelaskan disini. Udah aku rencanakan di buku ku ke-2 yang sedang aku ketik. Ini ngga bisa aku jabarkan banyak disni karena rumit. Mungkin ada rekan2 disini yang bisa jelaskan dengan cara mereka, tapi yang jelas caraku agak rumit karena hal kecil ini ternyata ngga se-sepele yang kita pikir.

Tidak perlu dimengerti semua artikelnya.. tapi memahami dimana speaker tersebut bekerja dengan optimal. Oke .. kita semua tahu kalau woofer ditempatkan di box, itu akan terjadi resonansi system (box dan woofer itu) ... juga tweeter yang diletakkan di satu horn, akan terjadi satu system ... ADA BATAS bawahnya. Misalnya woofer nya punya resonansi 30Hz, tapi di desain di box dengan resonansi 40Hz .. berarti itu aman kalau dijalankan sampai dengan 40Hz. Oke, ini mungkin ngga ada hubungannya dengan xover. Tapi tweeter juga gitu ... tweeter itu sendiri punya resonansi ... kalau di taruh di sebuah horn, belum tentu bisa jadi serendah resonansi driver itu. Itulah patokan utama untuk ngga maksa driver beroperasi sangat rendah. Cara ukurnya? Lihat spec nya dulu .. TS parameter fs ... ini menunjukkan resonansi drivernya. Itu adalah batasan freq sinyal untuk tidak masuk ke driver tersebut. Setelah itu.. kalau udah ada box atau horn .. itu harus di ukur. Ukur impedansinya, dan nanti kelihatan ada bump. Bump/peak impedansi ini biasanya agak lebih tinggi dari fs driver nya. Ini adalah batas bawahnya.

Batas atas woofer .. karena ini 3-way system, ... batasannya adalah break up mode area ... cara ukur nya? lagi2 ini susah aku jabarkan (bakal di buku ku nanti). Ini harus ukur pake impedansi dan freq response dan phase response ... dari 3 pengukuran ini di gabung bisa diketahui break up mode nya dimana kira2. Kalau bisa, LPF nya sebelum break up mode itu. Kalau bisa dicari, biasanya ntar lebih nendang dan polar nya lebih konsisten. Oke, mungkin ini agak susah diterapkan, tapi yang pasti ini ngga ada urusan dengan keamanan driver, jadi kalau pusing, lompati/cuekkin saja.

Nah ... kalau caraku nentukan point freq nya ... dari batas atas dan bawah tiap system komponen (box dan woofer, tweeter dan horn) ... itu harus overlap wilayahnya. Kalau menurut kira2 awal batasannya ngga ada yang overlap (misal woof asik 50Hz - 500Hz, tapi tweet aman di 800Hz - 20000Hz), wah ... itu harus ganti komponen dulu .. mau di apa2in, pasti ngga asik. Kalau di paksa dijadiin, ntar 500-800Hz pasti ada lubang atau ngga enak disitu ... atau mungkin aja on-axis enak, tapi off-axis ngga enak (off axis ini yang biasa ngga di pedulikan.

Kalau saranku, 15"nya sampai 150-200Hz saja ... 8" nya sampai 1-2kHz saja. Ini bicara pengalaman aja untuk speaker dengan sensitifitas tinggi, biasanya itu yang optimal. Pertama ... mute tweeternya ... nyalakan 15"nya ... ukur. Terus nyalakan 8"nya saja, ukur. Terus nyalakan 15" dan 8" nya ... ukur. Kalau 15" dan 8" ada cancellation ... itu berarti harus check polaritas dan time alignment. Kalau posisi driver ngga bisa di ubah, berarti tidak usah pedulikan time alignment, tapi langsung check polaritas, balik dan ukur lagi ... perhatikan nambah apa ngga. Biasanya salah satu pasti ada yang nambah. Gawatnya, kalau 2-2nya nunjukkan cancellation ... >_< ini berarti harus di check di minimum 4 jarak berbeda, misalnya 2m, 4m , 2m offaxis dan 4m off axis dan pastikan cancellationnya masih ada apa ngga. Kalau memang BENAR2 ada ... itu berarti time alignment atau break up mode yang parah. Biasa kalau gini, aku akan mikir xover yang tajem slope nya.

Kalau di ukur 15" dan 8" nya langsung nyatu (mungkin 8" nya di balik polaritasnya atau ngga) ... xover point bisa di kira2 dari pengukuran masing2 driver. Menurut aku pribadi, pemilihan ini diperumit sama masalah polar/dispersi suara speaker ... cuma ini agak panjang untuk di jabarkan.

Nah ... yang terakhir yang benar2 aku sarankan ... sebelum maen2 passive xover, gunakan triamp dulu!!! Cari posisi2 yang enak .. satu channel buat 15" woofer, 1 channel buat 2x 8" nya dan 1 channel buat 3x 1" nya ... dengan voltase yang sama (misalnya 1V) ... ukur perbedaan freq response nominalnya ... dari situ bisa ketahuan ntar di xover butuh kurangi berapa dB untuk driver ini atau driver itu.

ah baru balik ...sorry ngejar janji tadi motong pembicaraan. Yah itulah mas Arie, ... xover itu bukan cuma sekedar membagi "wilayah" freq range tiap driver aja, tapi juga bisa dijadikan alat untuk keamanan/proteksi driver dan lain2. Cuma gini mas, kalau ngga ada alat ukur, duh ... ngga bisa dapetin data2 ini mas. Kalau ada hal spesifik yang mau ditanyakan, silahkan yah ...

Sekedar cerita, ada satu speaker 2way yang akan dijadikan aktif. Tweeternya menurutku dan temenku ideal untuk start di 2000Hz, tapi ada satu orang laen yang ngotot HARUS bisa sampe 1500Hz karena woofernya mulai jelek di 1600-1700Hz. Padahal di test drive aja buat kupingku, tweeternya udah meksa dan bunyinya kerasa ngga enak (distorsi), tapi satu ini yang ngotot ngga peduli. Karena ini proyek dia, ya udah, ngga ada yang peduli ... sampe akhirnya, dalem 2 minggu, dia jebol 2-3 tweeter jauh dari full power nya dan dia pakai 48dB/oct!! Tetep aja jebol kalau kebanyakan terlalu bawah.

Yang terakhir mau aku bilang, gunakan software2 perancang xover. Toh banyak juga kalkulator yang free di internet. Kalau pakai LMS/DSP udah ketemu enaknya gini gitu gini gitu, tinggal masukkin aja ke kalkulator untukd apetin komponen passive xover nya. Ini lebih singkat waktu banyak. Favoritku untuk LMS itu miniDSP. . kecil, mungil, asoy! Asli Hongkong, sampe tak belain order jauh2 karena memang sangat bermanfaat. Dengan ini aku buat xover cuma beli bahan sekali saja dan langsung jadi.